Rabu, 02 November 2022

MCU DAN FIT TO WORK

 Peraturan perundangan mewajibkan semua perusahaan untuk melakukan medical cek up (MCU )

Provider MCU selama ini tidak mau berubah hanya sekedar memberikan laporan individual dan tidak pernah memberikan laporan ke managemen padahal laporan kepada managemen diperlukan oleh perusahaan untuk melakukan tindak lanjut dari hasil MCU

Provider MCU tidak menyediakan dokter yang tersertifikasi sebagai dokter pemeriksa tenaga kerja

Banyaknya perusahaan yang tidak memiliki dokter perusahaan yang menguasai statistik sederhana, karena, dengan statistik prioritas perbaikan mudah dilihat oleh managemen

Mengapa penting MCU bagi perusahaan ?kita kasih contoh :

1. Sopir dengan buta warna melihat lampu rem mobil di depannya seperti abu abu, akan beresiko kecelkaan kerja fatal

2. Pelarut lem karpet mengandung formalin, dalam jangka waktu tertentu pekerja karpet akan ada keluhan sesak

3.Pekerja dengan tangan berkeringat akan mencemari produk tertentu misal elektronik

4. Juru masak dengan salmonella positif di tinjanya akan emnularkan ke semua karyawan

Contoh MCU tahun 2020yang pernah kita lakukan, dari analisis populasi managemen mendapatkan informasi yang sangat berharga

1.Jumlah yang di MCU ada 189 orang terdiri dari pria 179 orang dan 10 wanita

2.Terbanyak usia 21-25 yaitu 76 orang

analisis : 

1.Dominasi pekerja pria, sedikit masalah pekerja wanita seperti haid, hamil, melahirkan dan menyusui

2.Usia muda banyak kecelakaan karena minim pengalaman jaminak kecelkaan kerja dan kematian harus ada

3.Penyakit digenaratif blm banyak muncul atau perusahaan akan waspada setelah 10 tahun kedepan

4.Pekerja pria, masih muda karena kondisi lingkungan sering mabuk,efek mabuk sering terasa saat kerja, perusahan rutin cek alkohol u pekerja resiko tinggi

dll

MCU disesuiakan dengan resiko sehingga tidak banyak biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan misalkan pekerja yang terpapar debu di tempat kerja hukumnya wajib untuk pemeriksaan foto rontgen, sedangkan pekerja kantor yang tidak atau kurang terpapar debu pabrik tidak wajib untuk dilakukan medical foto rontgen

MCU yang baik adalah di lakukan survey terlebih dahulu oleh dokter yang bersetifikat pemeriksa tenaga kerja untuk menentukan resiko dan jenis pemeriksaan yang akan dikerjakan, setiap devisi bahkan setiap karyawan bisa berbeda apa yang akan di medical cek up

MCU yang baik adalah yang bisa memberikan masukan kepada managemen apa yang harus dilakukan, misalnya jika di dapatkan banyak karyawan yang obesitas perlu dievaluasi pemeberian minuman manis ketika karyawan lembur, bisa diganti dengan buah segar

informasi lebih lanjut hub https://wa.me/8121612823


Sabtu, 08 Januari 2022

ANALISIS KELUHAN MSDs

Dalam mengukur dan mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan (Waters & Anderson, 1996a). Alat ukur ergonomik yang dapat digunakan mulai dari yang sederhana seperti checlist hingga sistem komputer, seperti uraian berikut ini :

1. Checklist  
    Checklist merupakan alat ukur ergonomic, Checklist terdiri dari daftar pertanyaan yang diarahkan untuk mengidentifikasi sumber keluhan / penyakit.

2. Model Biomekanik
    Model biomekanik merupakan konsep mekanika teknik pada fungsi tubuh untuk mengetahui reaksi atot yang terjadi akibat tekanan beban kerja.

3. Tabel Psikofisik
     Psikofisik merupakan cabang ilmu psikologi yang digunakan untuk menguji hubungan antara persepsi dari sensasi tubuh terhadap rangsangan fisik. Melalui persepsi dari sensasi tubuh dapat diketahui kapasitas kerja seseorang.  

4. Model Fisik
    Salah satu penyebab timbulnya keluhan otot adalah karena kelelahan yang terjadi akibat beban kerja yang berlebihan. Oleh karena itu, salah satu metode untuk mengetahui sumber keluhan otot dapat dilakukan secara tidak langsung dengan mengukur tingkat beban kerja. Tingkat beban kerja dapat diketahui melalui indikator denyut nadi, konsumsi oksigen dan kapasitas paru - paru. Melalui indikator tingkat beban kerja inilah dapat diketahui tingkat resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
 
5. Pengukuran dengan Videotape
    Analisis Videotape dilakukan dengan menggunakan video camera. Melalui video camera dapat direkam setiap tahapan aktivitas kerja, selanjutnya hasil rekaman ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis terhadap sumber terjadinya keluhan otot.

6. Pengamatan melalui monitor
   Alat monitor telah dikembangkan untuk mengukur berbagai aspek dari aktifitas fisik yang meliputi posisi, kecepatan dan percepatan gerakan.  

7. Metode Analitik
    Metode analitik ini direkomendasikan oleh NIOSH untuk pekerjaan mengangkat. NIOSH memberikan cara sederhana untuk megestimasi kemungkinan terjadinya peregangan otot yang berlebihan ( overexertion ) atas dasar karakteristik pekerjaan, yaitu dengan menghitung Recommended Weight Limitn ( RWL ) dan Lifting Index ( LI )

Senin, 15 Oktober 2018

Test Ketergantunga Nikotin

Dalam laporan kunjungan klinik perusahaan, penyakit terbanyak yang sering dijumpai adalah ISPA, selain lingkungan kerja yang banyak debu, faktor kebiasaan merokok karyawan juga memicu sering ada keluhan batuk. Kebiasaan merokok sulit dihilangkan karea ada paparan nikotin sebagai salah satu zat kimia dalam rokok yang bisa membuat orang ketagihan. Untuk mengetahui kadar ketergantungan terhadap nikotin bisa dilakukan melalui tes ini.

Nikotin dalam rokok memberikan efek euforia bagi perokok. Kondisi ini terjadi karena adanya hasil perubahan kimia dalam otak yang terjadi sejak 7 detik dari kepulan pertama asap rokok. Nikotin ini nantinya akan menempel pada reseptor di otak yang berfungsi mengatur pernapasan dan detak jantung.

Rabu, 10 Oktober 2018

6 Kebiasaan sehari- hari yang menyebabkan gigi rusak


Hasil Medical cek Up perusahaan sering kita jumpai bahwa 40% karyawan ditemukan mempunyai masalah kesehatan gigi, dan yang paling banyak adalah gigi rusak keropos sampai  berlubang , dan hal ini berulang setiap medical cek up dengan hasil yang kurang lebih sama bahkan lebih banyak ditahun berikutnya karena tidak ada follow up. untuk mencegah kerusakan gigi, berikut ini 6 kebiasaan sehari hari yang menyebabkan gigi rusak yang bisa dihindari oleh karyawan pabrik, karena selama ini  tanpa sadar karyawan sering malukakannya karena sudah menjadi kebiasaan :

gigi rusak okaydoc1. Sering mengkonsumsi  makanan dan minuman perusak gigi misal:

Jumat, 05 Oktober 2018

DEFINISI MUSCULOSKELETAL DISORDERS ( MSDS )

Menurut OSHA ( 2002 ), MSDs merupakan sekumpulan gejala / gangguan yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligament, kartilago, system syaraf, struktur tulang, dan pembuluh darah. MSDs pada awalnya menyebabkan rasa sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar. Menurut National Safety Council ( 2002 ),  MSDs juga bisa diartikan sebagai gangguan fungsi normal dari otot, tendon, saraf, pembuluh darah, tulang dan ligament akibat berubahnya struktur dan berubahnya system muskuloskeletal. MSDs adalah cidera atau jaringan seperti otot, tendon, ligament, tulang sendi, tulang rawan ataupun pembuluh darah. Rasa sakit akibat MSDs dapat digambarkan seperti kaku, tidak fleksibel, panas / terbakar, kesemutan, mati rasa, dingin dan rasa tidak nyaman. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan hingga keluhan yang terasa sangat sakit ( Humantech, 2003 ).

Sinonim MSDs
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya , MSDs bukanlah diagnosis klinis, melainkan rasa nyeri karena kumpulan cedera pada sistem muskuloskeletal ekstremitas atas akibat gerakan kerja biomekanik berulang - ulang, Pada beberapa negara, digunakan istilah yang berbeda - beda untuk menggambarkan kejadian MSDs tersebut, diantaranya ( NIOSH, 1997 ) :
  1. Cumulative Trauma Disorders ( CTDs )
  2. Repetitive Strain Injuries ( RSIs )
  3. Occupational Overuse Syndrome
  4. Neck and limb Disorders
  5. Overruse Syndrome
  6. Wear and Tear Disorders
  7. Occupational Cervico Bracial Disorders ( OCD )

Selasa, 25 September 2018

PENCATATAN DAN PELAPORAN

a. Pencatatan :
   Pencatatan di klinik tempat kerja / perusahaan bertujuan untuk mengetahui :
1. Angka Kesakitan : 
           Pencatatan angka kesakitan karyawan bertujuan untuk melihat tingkat absensi setiap bulan per Departement/jenis pekerjaan yang berguna untuk :
  • Mengetahui persentase angka derajat keparahan penyakit
  • Mengetahui persentase jumlah karyawan yang absen
  • Secara tidak langsung memperkirakan biaya akibat absen sakit
  • Memperoleh bahan untuk membuat rencana kerja terhadap pengendalian angka absen sakit maupun untuk pengarahan kesehatan
Untuk pencatatan angka kesakitan penyakit umum, PAK dan KAK di klinik Tempat kerja / perusahaan digunakan formulir LB1 sebagaimana terlampirpada lampiran 1.

2. Prevalensi angka kunjungan berobat di klinik dalam tempat kerja / perusahaan / di luar perusahaan dengan melihat prevalensi angka kunjungan berobat setiap bulan per departemen/ jenis pekerjaan, kita dapat :

JENIS PELAYANAN KESEHATAN KERJA DITEMPAT KERJA PERUSAHAAN

JENIS PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI TEMPAT KERJA / PERUSAHAAN

 Jenis - jenis pelayanan kesehatan kerja di klinik Tempat Kerja / perusahaan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif : 

1.Pelayanan Promotif
  • Pendidikan dan penyuluhan PHBS ( Pola Hidup Bersih dan Sehat ) di tempat kerja
  • Perbaikan gizi pekerja, menu seimbang dan pemeliharaan makanan sehat dan aman serta hygiene kantin
  • Pemeliharaan tempat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja yang sehat
  • Konsultasi, meliputi psikologi kerja, KB dan masalah kesehatan lainya
  • Olah raga fisik dan kebugaran
  • Koordinasi dalam perusahaan dan keluar perusahaan dengan pihak yang terkait
  • Advokasi