Senin, 15 Oktober 2018

Test Ketergantunga Nikotin

Dalam laporan kunjungan klinik perusahaan, penyakit terbanyak yang sering dijumpai adalah ISPA, selain lingkungan kerja yang banyak debu, faktor kebiasaan merokok karyawan juga memicu sering ada keluhan batuk. Kebiasaan merokok sulit dihilangkan karea ada paparan nikotin sebagai salah satu zat kimia dalam rokok yang bisa membuat orang ketagihan. Untuk mengetahui kadar ketergantungan terhadap nikotin bisa dilakukan melalui tes ini.

Nikotin dalam rokok memberikan efek euforia bagi perokok. Kondisi ini terjadi karena adanya hasil perubahan kimia dalam otak yang terjadi sejak 7 detik dari kepulan pertama asap rokok. Nikotin ini nantinya akan menempel pada reseptor di otak yang berfungsi mengatur pernapasan dan detak jantung.

"Nikotin akan terserap dalam darah dan diteruskan ke otak hingga menempel di reseptor alfa4beta2 yang menerima nikotin," ujar Dr Aulia Sani, SpJP(K), FJCC, FIHA, FAsCC dalam acara temu media Kalahkan Adiksi Nikotin Bersama Klinik berhenti Merokok di Sahid Sahirman Memorial Hospital, Rabu (13-7/2011).

Dr Aulia menuturkan kondisi ini akan melepaskan hormon dopamin yang menyebabkan rasa enak, nikmat dan nyaman. Ketika dopamin tersebut berkurang maka rasa nyaman akan hilang dan munculah keinginan untuk kembali merokok. Hal ini yang menyebabkab ketagihan atau craving yang makin lama jumlah nikotin yang dibutuhkan semakin besar.

"Perokok reguler akan memicu peningkatan jumlah reseptor alfa4beta2 sebanyak 300 persen, sehingga nantinya sensitifitas dari reseptor nikotin ini akan meningkat," ujar dokter yang berpraktek di Sahid Sahirman Memorial Hospital.

Untuk mengetahui seberapa besar ketergantungan seseorang terhadap nikotin bisa diketahui dengan tes berikut:
1. Berapa lama setelah bangun tidur Anda merokok?
Dalam waktu 5 menit (poin 3)
Dalam waktu 6-30 menit (poin 2)
Dalam waktu 30-60 menit (poin 1)
Dalam waktu lebih dari 60 menit (poin 0)

2. Apakah Anda mengalami kesulitan untuk menahan diri dari merokok di tempat-tempat yang dilarang?
Ya (poin 1)
Tidak (poin 0)

3. Kapan waktu merokok yang paling sulit ditinggalkan?
Pada pagi hari (poin 1)
Pada waktu lain (poin 0)

4. Berapa jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari?
10 batang atau kurang (poin 0)
11-20 batang (poin 1)
21-30 batang (poin 2)
31 atau lebih (poin 3)

5. Apakah Anda lebih banyak merokok setelah bangun tidur atau di waktu yang lain?
Ya (poin 1)
Tidak (poin 0)

6. Apakah Anda tetap merokok disaat tubuh sedang sakit atau bed rest?
Ya (poin 1)
Tidak (poin 0)

Nilai yang didapatkan mengindikasikan:
0-2 ketergantungannya sangat rendah
3-4 ketergantungannya rendah
5 ketergantungannya sedang
6-7 ketergantungannya tinggi
8-10 ketergantungannya sangat tinggi

Jika ketergantungan terhadap nikotinnya tinggi maka menunjukkan banyaknya jumlah nikotin yang diinginkan oleh tubuh agar bisa menimbulkan rasa nyaman dan nikmat. Sehingga nantinya semakin banyak jumlah rokok yang dibutuhkan agar bisa merasa nyaman dan nikmat.

"Semua jenis rokok sama bahayanya, kalau rokok tradisional hanya butuh satu batang agar kebutuhannya terpenuhi, maka rokok mild butuh lebih dari 3 batang untuk memenuhi kebutuhan nikotinnya. Jadi buat perokok tidak ada untungnya, justru perusahaan rokok yang untungnya lebih banyak," ujar dokter yang pernah menjabat sebagai Direktur RS Jantung Harapan Kita ini.
Bagiamana dengan rokok elektrik? Nikotin juga  ditemukan dalam konsentrasi yang berbeda-beda, antara 0-100 mg/ml dalam satu rokok elektrik, selain itu da Propilen glikol atau gliserin berfungsi untuk memproduksi uap air. Penelitian menunjukkan bahwa menghirup propilen glikol dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan pada beberapa individu
Menurut ilmuwan dari University of Athens, penggunaan vape dalam jangka pendek saja bisa menyebabkan kerusakan lebih parah. Ini dibuktikan dalam percobaan ada tikus yang diberi zat aditif, yaitu perasa, dan menyebabkan peradanga paru paru yang mirip atau lebih buruk daripada menggunakan rokok tradisional.
"Efek merugikan yang diamati pada paru-paru pada paparan uap rokok elektrik pada model hewan menyoroti perlunya penyelidikan lebih lanjut tentang keamanan dan toksisitas perangkat yang berkembang pesat di seluruh dunia ini," ujar peneliti, Dr Constaninos Glynos dikutip dari Daily Mail.
ara peneliti membandingkan beberapa kelompok tikus yang menerima paparan dari uap rokok eletrik empat kali sehari. Satu kelompok menerima asap rokok dan tiga lagi menerima uap vaper yang mengandung propilen glikol dan nikotin atau dua bahan ini dan penyedap tembakau. Batch kelima baru mendapatkan udara yang normal dan sehat dan bertindak sebagai kontrol.

Beberapa hewan di masing-masing kelompok menjalani rejim selama tiga hari (jangka pendek) dan yang lain empat minggu (jangka panjang). Ada peningkatan tanda peradangan, produksi lendir dan fungsi paru-paru berubah di ketiga kelompok vape hanya setelah tiga hari terpapar.

"Temuan kami menunjukkan bahwa paparan uap rokok elektrik dapat memicu respons inflamasi dan memengaruhi mekanisme sistem pernapasan. Dalam banyak kasus, rasa tambahan pada vape memperparah efek merugikan dari vape itu sendiri," jelas Glynos.

Penelitian ini dipublikasikan di American Journal of Physiology-Lung Cellular, dan menyimpulkan bahwa vape jelas sama bahayanya dengan rokok tradisional bagi kesehatan paru-paru.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar